TUGAS MATA KULIAH KEPARIWISATAAN
Perkembangan
Pariwisata Indonesia dari tahun 1945 - 1965
DOSEN
PENGAMPU : AGUS MUDYASTOMO, M.Hum
Oleh
:
Arif Gunawan
09416241023
PENDIDIKAN
ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN EKONOMI
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2010
KATA
PENGANTAR
Puji dan
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah,
serta inayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Perkembangan pariwisata
indonesia tahun 1945 – 1965” ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Kepariwisataan mengenai perkembangan kepariwisataan
Indonesia dari tahun 1945 sampai 1965. Secara umum, makalah ini sedikit
membahas tentang beberapa perkembangan kepariwisataan. Setelah pembaca membaca
makalah kami, kami berharap para pembaca dapat mengerti dan lebih memahami
tentang makalah ini.
Harapan saya
sebagai penulis makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Tidak ada gading yang tak retak, mungkin di dalam makalah ini masih ada
beberapa kekurangan yang masih perlu diperbaiki. Untuk itu, saya mengharapkan kritk
dan saran untuk perbaikan makalah ini.
Yogyakarta
, 27 oktober 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Kegiatan kepariwisataan di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup signifikan meski sempat terhenti akibat adanya perang
untuk melawan penjajahan mulai mengalami perkembangan setelah adanya pengakuan
kemerdekaan di tahun 1945. Dengan di akuinya kemerdekaan oleh bangsa lain, maka
mulai timbullah hubungan dengan bangsa lain. Hubungan dengan bangsa lain yang
mulai meningakat salah satunya adalah perdagangan. Meningkatnya perdagangan
antar benua Eropa dan Asia dan Indonesia pada khususnya, meningkatkan
lalulintas manusia yang melakukan perjalanan untuk berbagai kepentingan
masing-masing. Untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih baik untuk mereka
yang melakukan perjalanan ini maka didirikan suatu cabang Travel Agent. Saat
itu kegiatan pariwisata lebih banyak didominasi oleh orang kulit putih saja,
sedangkan bangsa pribumi sangat sedikit bahkan dapat dikatakan tidak ada. Pertumbuhan
hotel di Indonesia sesungguhnya mulai dikenal pada abad 19 ini meskipun terbatas
pada beberapa kota. Fungsi hotel saat itu lebih banyak digunakan untuk
tamu-tamu dari penumpang kapal laut dari Eropa. Mengingat belum adanya
kendaraan bermotor untuk membawa tamu – tamu tersebut dari pelabuhan ke hotel
dan sebaliknya, maka digunakan kereta kuda serupa cikar. Memasuki abad 20,
mulailah perkembangan usaha akomodasi hotel ke kota lainnya dan kemudian
setelah kendaraan bermotor digunakan dan jalan raya sudah berkembang, muncul pula
hotel baru di kota lainnya. Perkembangan masyarakat yang seiring dengan
perkembangan jaman mempertinggi pula frekuensi perjalanan masyarakat non kulit
putih sehingga berkembang pula bentuk usaha akomodasi ini menjadi Penginapan
besar (Hotel) dan Penginapan kecil (Losmen). Dari sinilah mulai berkembangnya
pariwisata di tahun 1945 sampai 1965.
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimana perkembangan pariwisata
di indonesia pada tahun 1945 – 1955?
2.
Bagaimana perkembangan pariwisata
di indonesia pada ta.hun 1955 – 1965?
C.
Tujuan penulisan
1.
Mengatahui perkembangan
pariwisata di tahun 1945 – 1955
2.
Mengetahui perkembangan
pariwisata di tahun 1955 - 1965
BAB II
PEMBAHASAN
Pariwisata di indnonesia mengalami perkembangan yang signifikan. Industri
pariwisata banyak dilirik sebagai salah satu pemasok devisa negara selain dari sektor
non migas. Berikut ini adalah perkembangan pariwisata di indonesia pada tahun
1945 sampai 1965.
A.
Kegiatan Pariwisata Masa Periode 1945-1955
Setelah sekian lama terhenti kegiatan pariwisata di
Indonesia dikarenakan terjadinya Perang Dunia II dan pendudukan Jepang, hal ini
berlanjut terus ke masa mempertahankan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Meskipun begitu, Pemerintah Indonesia cukup tanggap untuk segera mengatasi dan
memeberikan perhatian terhadap sektor kepariwisataan yang sebagai salah satu
sektor penunjang perekonomian Negara. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah
sewaktu berkecamuknya revolusi pada tahun 1946 dibentuk Hotel dan Tourisme
(HONET) atas surat keputusan wakil presiden (Drs. Moh. Hatta) di dalam
lingkungan Kementrian Perhubungan. Yang bertugas untuk melanjutkan pengelolaan
hotel-hotel bekas milik Belanda. Tindakan pertama yang dilakukan oleh Honet
adalah mengganti nama hotel-hotel bekas Belanda di Yogyakarta, Surakarta,
Madiun, Cirebon, Sukabumi, Malang, Sarangan, Purwokerto, dan Pekalongan,
menjadi Hotel Merdeka. Akan tetapi setelah perjanjian Konferensi Meja Bundar
(KMB) ditandatangani (1949), semua perusahaan bekas milik Belanda yang
dinasionalisir, harus dikembalikan kepada pemiliknya semula. Termasuk
hotel-hotel Merdeka dengan demikian Honet tidak mempunya fungsi lagi sehingga
dibubarkan. Setelah Honet dibubarkan, pada tahun 1952 dikeluarkan Keppres
Pembentukan Pnaitia Inter-Depertemental Urusan Tourisme, yang bertugas untuk
mengusahakan kemungkinan dijadikannya Indonesia sebagai Tourist Destination atau
daerah tujuan wisata (DTW). Dikarenakan para pengurus tersebut tidak dapat
bekerja maksimal. Maka pada tahun 1953 didirikan suatu organisasi bernama Serikat
Gabungan Hotel dan Tourisme Indonesia atau disingkat Sergahti. Sergahti
beranggotakan hampir seluruh hotel utama di Indonesia. Dengan
komisaris-komisaris wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali,
Kalimantan, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara. Usia organisasi ini tidak
lama hal ini dikarenakan para pengurusnya merasa gagal dalam menjalankan misi
mereka yakni misi mengosongkan penghuni tetap di hotel-hotel itu. Selain itu,
tidak berhasil menyelesaikan masalah penetapan harga atau tariff hotel (hotel
prijsbeheering) yang diberlakukan oleh pihak pemerintah.
B.
Kegiatan Pariwisata Masa Periode 1955-1965
Tahun 1955 merupakan batu loncatan atau bisa dsebut juga
sebagai tonggak sejarah bagi perkembangan pariwisata di Indonesia.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahun itu yang sedikit banyak berpengaruh
pada perkembangan kepariwisataan di Indonesia.
Konferensi
Asia-Afrika (KAA) yang berlangsung di Bandung tanggal 18-24 April 1955
berpengaruh positif pada bidang kepariwisataan Indonesia. Negara kita menjadi
makin dikenal secara Internasional sehingga sedikit demi sedikit banyak
meningkatkan pula jumlah kunjungan wisatawan asing ke Indonesia. Bank Industri
Negara, yang sekarang menjadi Bank Pembangunan Indonesia atau Bapindo, pada
tahun 1955 mendirikan sebuah perusahaan yang bersifat komersil yang berbama PT
NATOUR Ltd (National Hotels & Tourism Corp Ltd). PT NATOUR kemudian
memiliki Hotel Trasaera di Jakarta, Hotel Bali, Shindu Beach Hotel, dan Kuta
Beach Hotel di Bali, Hotel Garuda di Yogyakarta, Hotel Simpang di Surabaya, dan
berbagai Hotel lainnya di seluruh Indonesia. Sebagai salah satu anak perusahaan
dari sebuah bank milik pemerintah, maka PT NATOUR dengan sendirinya merupakan
sebuah perusahaan milik Negara yang kemudian dikenal dengan sebutan Badan Usaha
Milik Negara (BUMN). Pada Desember 1993 Direksi PT NATOUR disatukan dengan PT
Hotel Indonesia Internasional (HII) yang juga berstatus BUMN. Pada tahun 1955
dalam lingkungan kementrian Perhubungan dibentuk Direktorat Pariwisata.
Himpunan Perintis Kepariwisataan dalam naskah yang berjudul Sejarah Pertumbuhan
dan Kepariwisataan Indonesia menyebutkan Biro Tourisme, yang dipimpin oleh
Soeganda. Pada tahun 1964, kedudukan Soeganda sebagai pimpinan direktorat
Pariwisata digantikan oleh G. Sudiono. Perkembangan - perkembangan tersebut
berhasil meningkatkan semangat dan gairah orang-oranmg yang berminat terhadap
kepariwisataan. Kemudian lahirlah Yayasan Tourisme Indonesia (YII) yang
bersifat non-komersial. Tujuan utamanya adalah untuk membina dan mengembangkan
industri pariwisata secara lebih efektif guna menunjang perekonomian Negara
Indonesia. Dalam naskah sejarah pertumbuuhan kepariwisataan Indonesia tidak
dicantumkan tanggal pendirian Yayasan Tourisme Indonesia (YTI), namun hanya ada
tahun dan tempat kelahiran organisasi tersebut, yaitu tahun 1955 di Grand Hotel
du Pavillon di Jakarta. Kemudian diganti menjadi Hotel Majapahit dan kini
dibongkar menjadi tempat parker gedung Sesneg. Pendanaan YTI diperoleh dari
sumbangan-sumbangan para anggotanya dan para donator yang sekarang biasa
disebut sponsor. Dalam waktu yang singkat YTI telah berhasil membuka
cabang-cabang di berbagai daerah di Indonesia. Dengan semangat yang
menggebu-gebu YTI melakukan kampanye “sadar wisata” untuk memasyarakatkan
pariwisata.
“Sadar Wisata” untuk “Memasyarakatkan pariwisata” adalah
jargon pariwisata yang baru timbul menjelang akhir tahun 1990. namun demikian
secara substansial kegiatan itu telah dilakukan sejak tahun 1955 oleh YTI.
Dalam kampanye sadar wisata itu, S. Brata dengan seluruh korp wartawan ibu kota
memagang peranan yang besar sehingga telah menciptakan iklim demam tourisme
selama beberapa tahun kemudian. YTI juga menjalin hubungan dengan
organisasi-organisasi kepariwisataan Interbasional dan menjadi anggota dari
Pcific Area Tourism (PATA) dan ASTA. Dengan keberhasilan tersebut, YTI kemudian
mengajukan permohonan kepada pemerintah agar diakui sebagai satu-satunya badan
yang mendapat tugas untuk membina dan membimbing kepariwisataan di Indonesia.
Menteri Perhubungan Suchyar Tedjasusmana bersedia memberikan pengakuan itu
dengan syarat agar YTI menyelenggarakan kongres lepariwisataan yang bersifat
nasional. Musyawarah Nasional Tourisme I tersebutmenghasilkan sebuah wadah
tunggal swasta yang bergerak di bidang kepariwisataan, yaitu Dewan Tourisme DTI
mendapat pengakuan dari pemerintah sebagai satu-satunya badan sentral swasta.
Bersifat non-komersial dan bertindak sebagai wakil dari badan atau lembaga
yayasan di daerah untuk membantu dan mendampingi pemerintah dan mengurus
soal-soal kepariwisataan. Penggunaan nama Dewan Tourisme Indonesia nampaknya meruoakan
sebuah kompromi yang tercapai antara YTI dengan organisasi-organisasi
kepariwisataan non-YTI. Dari hasil kompromi tersebut mamka seluruh organisasi
kepariwisataan meleburkan diri menjadi satu kedalamwadah baru, yaitu DTI. Namun
pada tahun 1961 DTI berubah nama menjadi Dewan Pariwisata Indonesia (Depari).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Setelah
sekian lama terhenti kegiatan pariwisata di Indonesia karenakan terjadinya
Perang Dunia II dan pendudukan Jepang, hal ini berlanjut terus ke masa
mempertahankan proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945. Meskipun begitu,
Pemerintah Indonesia cukup tanggap untuk segera mengatasi dan memeberikan
perhatian terhadap sektor kepariwisataan di indonesia yang sebagai salah satu
sektor penunjang perekonomian Negara. Perkembangan pariwisata terus menerus
meningkat ditandai dengan mulai munculnya Hotel dan Tourisme, kemudian mulai bermunculannya Yayasan
Tourisme Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
Diakses dari
fauzihistory.blogspot.com tanggal 25 Oktober 2010
Diakses dari
ja-jp.facebook.com pada tanggal 25 Oktober 2010