MAKALAH KEORGANISASIAN
KEPUASAN KERJA DALAM
ORGANISASI
oleh:
Arif Gunawan (09416241023)
PENDIDIKAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL
DAN EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI
YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kepuasan kerja dalam teori motivasi Maslow menempati peringkat yang
tinggi. Sebab ia berkaitan dengan tujuan manusia untuk merealisasikan dan
mengaktualisasikan potensi dirinya dalam pekerjaan. Namun motivasi ini kadang
terbendung oleh berbagai ragam kerutinan, hambatan lingkungan kerja yang kurang
seimbang, atau situasi dan perangkat kerja yang secara ergonomis tidak
mendukung peningkatan produktivitas kerja. Stres yang dialami karyawan dan
kepuasan kerja yang didambakan seolah merupakan dua kondisi yang bukan saja
berkaitan, tetapi sekaligus antagonistis.
Karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan.
Apabila karyawan memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka
laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja
dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda
perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya
karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja
dan memiliki moril yang rendah.
Adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan memiliki semangat kerja dan
moril yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Berdasarkan pengalaman dan dari
beberapa buku yang pernah saya baca, biasanya karyawan yang puas dengan apa
yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang
diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya
karyawan yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal
yang menjemukan dan membosankan, sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan
asal-asalan. Untuk itu merupakan keharusan bagi perusahaan untuk mengenali
faktor-faktor apa saja yang membuat karyawan puas bekerja di perusahaan. Dengan
tercapainya kepuasan kerja karyawan, produktivitas pun akan meningkat.
Banyak perusahaan berkeyakinan bahwa pendapatan, gaji atau salary
merupakan faktor utama yang mempengaruhi kepuasan karyawan. Sehingga ketika
perusahaan merasa sudah memberikan gaji yang cukup, ia merasa bahwa karyawannya
sudah puas. Sebenarnya kepuasan kerja karyawan tidak mutlak dipengaruhi oleh
gaji semata. Banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan,
diantaranya adalah kesesuaian pekerjaan, kebijakan organisasi termasuk kesempatan
untuk berkembang, lingkungan kerja dan perilaku atasan.
Untuk lebih meyakini bahwa kesempatan berkembang merupakan faktor utama
bagi kepuasan kerja karyawan, kita dapat membandingkan tingkat kepuasan
karyawan baru dan karyawan lama di perusahaan. Karyawan baru cenderung
mempunyai tingkat kepuasan lebih tinggi dibandingkan karyawan yang masa
kerjanya lebih lama. Hal ini dikarenakan, biasanya karyawan baru mendapatkan
perhatian lebih dari Manajemen, terutama dari atasannya langsung. Perhatian
lebih ini dikarenakan sebagai karyawan baru, tentu pihak manajemen akan
menjelaskan tanggung jawab dan tugas mereka. Sehingga terjalin komunikasi
antara atasan dan bawahan. Hal ini membuat mereka merasa diperhatikan dan
bersemangat untuk bekerja. Bahkan tidak sedikit karyawan baru yang mendapatkan
beberapa training untuk menunjang tugasnya di awal masa kerja.
Sementara itu, karyawan lama yang sudah bekerja dalam kurun waktu
tertentu, akan merasakan kejenuhan. Mereka menginginkan adanya perubahan dan
tantangan baru dalam pekerjaannya. Tantangan ini mencakup baik dari sisi
besarnya tanggung jawab atau mungkin jenis pekerjaan. Ketika perusahaan tidak
memberikan kesempatan kepada mereka untuk berkembang, hal ini akan membuat
mereka demotivasi, malas bekerja dan produktivitasnya turun. Apabila perasaan
ini dirasakan oleh sebagian besar karyawan lama, bisa dibayangkan betapa
rendahnya tingkat produktivitas perusahaan secara keseluruhan dan bila
dibiarkan perusahaan akan merugi. Salah satu perusahaan rokok terkenal PT. XYZ
di Jawa Timur yang sudah beroperasi lebih 80 tahun lamanya telah menciptakan
suatu budaya perusahaan yang menjadi visi dan misi perusahaan untuk ke arah
produktivitas yang baik. Namun terjadi demonstrasi di Divisi Transportasi PT.
XYZ disebabkan oleh adanya kebijakan manajemen untuk menggunakan jasa
transportasi luar perusahaan untuk pengiriman barang-barang ke berbagai daerah.
Keputusan manajemen menggunakan jasa angkut pihak luar ini, karena pengiriman
barang ke berbagai sering mengalami keterlambatan. Dengan dipakainya jasa
transportasi pihak luar ini, maka para sopir dan kernet merasa insentif yang
diterimanya akan berkurang. Begitu juga premi perjalanan luar kota, uang lembur
maupun kompensasi lainnya akan hilang. Inilah yang memicu para sopir dan kernet
berunjuk rasa melakukan demonstrasi terhadap pimpinan perusahaan.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi dari kepuasan kerjadalam
organisasi?
2.
Apa teori kepuasan kerja?
3.
Apa faktor yang mempengaruhi kepuasan
kerja?
4.
Hubungan
kepuasan kerja dengan pergantian pegawai, kemangkiran,pencurian, usia, tingkat pekerjaan , ukuran organisai
dan peran manager?
C. Tujuan
- Mengetahui apa definisi dari
kepuasan kerjadalam organisasi
- Mengetahui apa teori kepuasan kerja
- Mengetahui apa faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja
- Mengetahui
Hubungan kepuasan kerja dengan pergantian pegawai,
kemangkiran,pencurian, usia,
tingkat pekerjaan , ukuran organisai dan peran manager
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi kepuasan kerja dalam
organisasi
· Kepuasan
kerja adalah cara seseorang pekerja merasakan
pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan generalisasi sikap-sikap terhadap
pekerjaannya bermacam-macam. Terdapat ratusan karakteristik pekerjaan yang
dipertimbangkan seorang pekerja, namun sekelompok karakteristik pekerjaan
cenderung secara bersama-sama dievaluasi dengan cara yang sama.
· Kepuasan
kerja adalah seperengkat perasaan pegawai tentang
menyenangkan atau tidakya pekerjaan mereka.
· Newstrom :
mengemukakan bahwa “job satisfaction is the favorableness or unfavorableness
with employes view their work”. Kepuasan kerja berarti perasaan mendukung atau
tidak mendukung yang dialami [pegawai] dalam bekerja.
· Wexley dan Yukl : mengartikan
kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”.
Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau
pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang
menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan
pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan
melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan
dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur
organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya
antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.
· Handoko :
Keadaan emosional yang menyenangkan
dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja
mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini dampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala
sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya.
· Stephen Robins : Kepuasan itu
terjadi apabila kebutuhan-kebutuhan individu sudah terpenuhi dan terkait dengan
derajat kesukaan dan ketidaksukaan dikaitkan dengan Pegawai; merupakan sikap
umum yang dimiliki oleh Pegawai yang erat kaitannya dengan imbalan-imbalan yang
mereka yakini akan mereka terima setelah melakukan sebuah pengorbanan. Apabila
dilihat dari pendapat Robin tersebut terkandung dua dimensi,
pertama, kepuasan yang dirasakan individu yang titik beratnya individu anggota masyarakat, dimensi lain adalah
kepuasan yang merupakan sikap umum yang dimiliki oleh pegawai.
· George & Jones (2002) : kepuasan
kerja merupakan kumpulan feelings dan beliefes yang dimiliki orang tentang
pekerjaannya. Pengungkapan ketidak puasan pegawai bisa disampaikan dalam 4
cara:
1. respon voice(aktif dalam membeikan saran )
2. Respon Loyalty (pasive: tidak melakukan
apapun/constructive:harapan kondisi membaik)
3. Respon neglect (Pasive: tidak mau tau/Destructive:membiarkan
kondisi memburuk)
4. Respon Exit (Destructive:karyawan keluar/Active: mencari pekerjaan
baru)
B.
Teori kepuasan kerja
1.
Teori Pertentangan ( Discrepancy
theory)
Teori
pertentangan dari Locke menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan terhadap
beberapa aspek dari pekerjaan mencerminkan penimbangan dua nilai; 1)
pertentangan antara apa yang diinginkan seseorang individu dengan apa yang diterima;
2) pentingnya apa yang diinginkan bagi individu. Kepuasan kerja secara
keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah dari kepuasan kerja dari setiap
aspek pekerjaan dikalikan dengan derajat pentingnya aspek pekerjaan bagi
individu.
Menurut
Locke seseorang individu akan merasa puas atau tidak merupakan suatu yang
pribadi, tergantung bagaimana ia mempersiapkan adanya kesesuaian atau
pertentangan antara keinginan-keinginannya dan hasil-keluarannya. Tambahan
waktu libur akan menunjang kepuasan tenaga kerja yang menikmati waktu luang
setelah bekerja, tetapi tidak akan menunjang kepuasan kerja seseorang tenaga
kerja lain yang merasa waktu luangnya tidak dapat dinikmati.
Kepuasan
atau ketidakpuasan dengan sejumlah aspek pekerjaan tergantung pada selisih antara
apa yang telah dianggap telah didapatkan dengan apayang diinginkan. Jumlah yang
diinginkan dari karekteristik pekerjaan didefinisikan sebagai jumlah minimum
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang ada. Seseorang akan terpuaskan
jika tidak ada selisih antar kondisi-kondisi yang diinginkan dengan
kondisi-kondisi yang aktual. Semakin besr kekurangan dan semakin banyak hal-hal
penting yang diinginkan, semakin besar ketidakpuasannya.
Jika
terdapat lebih banyak jumlah faktor pekerjaan yang dpat diterima secara minimal
dan kelebihaanya menguntungkan, orang yang bersangkutan akan sama puasnya bila
terdapat selisih dari jumlah yang diinginkan.
2.
Teori Keadilan
Teori
keadilan memerinci kondisi-kondisi yang mendasari seorang pekerja akan
menganggap adil dan masuk akal insentif dan keuntungan dalam pekerjaannya.
Terori tersebut telah dikembangkan oleh adam(1963) dan teori ini merupakan
variasi dari teori proses perbandingan sosial.
Komponen
utama dari teori ini adalah input, hasil, orang bandingan dan keadilan dan
ketidakadilan. Input adalah sesuatu yang bernilai bagi seseorang yang
dianggap mendukung pekerjaanya, seperti : pedidikan, pengalaman, kecakapan,
banyaknya usaha, dan peralatan pribadi yang digunakan untuk pekerjaanya. Hasil
adalah sesuatu yang dianggap bernilai bagi seseorang yang diperoleh dari
pekerjaanya, misalnya: upah atau gaji, keuntungan sampingan untuk berhasil atau
ekspresi diri.
Menurut
teori ini, seseorang menilai fair hasilnya dengan membandingkan hasilnya :
rasio inputnya dengan hasil : rasio input dari seseorang orang bandingan. Orang
bandingan mungkin saja dari orang-orang dlam organisasi. teori ini tidak
memerinci bagaiman seseorang memilih orang bandingan atau berapa banyak orang
bandingan yang akan digunakan.
3.
Teori Dua Faktor
Teori
Dua Faktor sikap kerja menyatakan bahwa kepuasan kerja secara kkualitatif
berbeda dengan ketidakpuasan kerja(Herzberg, 1996; Herzberg, Mausner,
Snyderman, 1959) Menurut teori ini, karakteristik pekerjaan dapat dikelopokan
menjadi dua kategori, yang satu dinamakan “distisfiers” atau “hygiene factors”
dan yang lain dinamakan “satisfiers” atau “motivator”.
Hygiene
factors meliputi hal – hal seperti : gaji, pengawasan, hubungan antar pribadi,
kondisi kerja, dan status. Karyawan hanya terpuaskan jika terdapat jumlah yang
memadai untuk faktor-faktor pekerjaan yang dinamakan satisfiers. Satisfiers
adalah karakteristik yang relevan dengan kebutuhan-kebutuhan urtan lebih tinggi
seseorang serta perkembangan psikologinya, mencakup pekerjaan yang menarik,
penuh tantangan, kesempatan untuk berprestasi, penghargaan dan promosi. Jumlah
satisfiers yang tidak dapat mencukupi akan merintangi para pekerja mendapatkan
kepuasan positif yang menyertai pertumbuhan psikologis.
4.
Teori ERG
(Eksistensi-Relasi-Pertumbuhan)
Teori ERG beragumentasi
bahwa sebetulnya terdapat tiga kelompok
kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan terhadap keberadaan, saling berhubungan
dan pertumbuhan (existence, relatedness and growth). Kebutuhan keberadaan
adalah kebutuhan material pokok untuk tetap berada. Kebutuhan ini adalah
kebutuhan fisiologis dan rasa aman seperti pada Maslow. Kebutuhan saling
berhubungan adalah suatu keinginan individu untuk mempertahankan
hubungan penting dengan individu yang lain. Kebutuhan ini mencakup
kebutuhan sosial dan penghargaan. Sedangkan kebutuhan pertumbuhan adalah
keinginan instrinsik untuk pengembangan pribadi. Kebutuan ini mencakup
kebutuhan aktualisasi diri dari Maslow dan bagian instriksik dari harga diri.
kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan terhadap keberadaan, saling berhubungan
dan pertumbuhan (existence, relatedness and growth). Kebutuhan keberadaan
adalah kebutuhan material pokok untuk tetap berada. Kebutuhan ini adalah
kebutuhan fisiologis dan rasa aman seperti pada Maslow. Kebutuhan saling
berhubungan adalah suatu keinginan individu untuk mempertahankan
hubungan penting dengan individu yang lain. Kebutuhan ini mencakup
kebutuhan sosial dan penghargaan. Sedangkan kebutuhan pertumbuhan adalah
keinginan instrinsik untuk pengembangan pribadi. Kebutuan ini mencakup
kebutuhan aktualisasi diri dari Maslow dan bagian instriksik dari harga diri.
Selain ketiga kebutuhan
di atas, teori ini juga menjelaskan bahwa
kebutuhan individu tidak harus dimulai dari kebutuhan pertama. Akan tetapi
kebutuhan tersebut dapat terjadi terjadi secara bersama-sama. Jika kepuasan
terhadap kebutuhan yang lebih tinggi terganggu, maka kebutuhan yang lebih
rendah akan mendorongnya untuk mencapai tingkat kepuasan.
kebutuhan individu tidak harus dimulai dari kebutuhan pertama. Akan tetapi
kebutuhan tersebut dapat terjadi terjadi secara bersama-sama. Jika kepuasan
terhadap kebutuhan yang lebih tinggi terganggu, maka kebutuhan yang lebih
rendah akan mendorongnya untuk mencapai tingkat kepuasan.
Aplikasi terhadap
proses pemberian motivasi adalah, seorang manager harus mengetahui ketiga
kebutuhan tersebut dan berusaha menyeimbangkan ketiga kebutuhan tersebut.
Dengan demikian stafnya dapat mengembangkan motivasinya dalam bekerja.
5.
Model dari Kepuasan Bidang/bagian
(Facet satisfaction)
Model Lawler dari
kepuasan bidang berkaitan erat dengan teori keadilan dari Adams. Menurut Model
Lawler, orang akan puas dengan bidang tertentu dari pekerjaan mereka( misalnya
dengan rekan kerja, atasan dan gaji) jika jumlah dari bidangmereka persepsikan
harus mereka terima untuk melaksanakan pekerjaan mereka sama dengan jumlah yang
mereka persepsikan dari yang secara aktual mereka terima.
Contoh yang dapat
diberikan misalnya persepsi seorang tenaga kerja terhadap jumlah honor yang
seharusnya ia terima berdasarkan unjuk kerjanya dengan persepsi tentang
honorarium yang secara aktual mereka terima. Jika ia menerima honor lebih dari
yang sepatutnya ia terima maka ia akan merasa salah dan tidak adil. Sebaliknya
jika ia mempersepsikan ia terima kurang dari sepatutnya maka ia akan tidak
puas.
6.
Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow
Teori ini berpendapat
bahwa dalam setiap individu memiliki lima
hierarki kebutuhan mulai kebutuhan yang mendasar sampai dengan kebutuhan
yang lebih tinggi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman,
sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Maslow berpendapat bahwa orang
berusahan memenuhi kebutuhan pokok ( fisiologis ) sebelum mengarahkan
perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi ( perwujudan diri).
hierarki kebutuhan mulai kebutuhan yang mendasar sampai dengan kebutuhan
yang lebih tinggi. Kebutuhan tersebut adalah kebutuhan fisiologis, rasa aman,
sosial, penghargaan dan aktualisasi diri. Maslow berpendapat bahwa orang
berusahan memenuhi kebutuhan pokok ( fisiologis ) sebelum mengarahkan
perilaku memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi ( perwujudan diri).
Karyawan memiliki
kebutuhan untuk memuaskan hierarchi
kebutuhannya pada tingkat yang berbeda. Karyawan kontrak ( buruh kasar)
lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bertahan hidup (fisologis)
sedangkan seorang yangmemiliki keahlian lebih mencari pemuasan dalam pemenuhan kebutuhan perwujuan diri. Seorang yang telah merasa cukup atas upah yang diterima (fisiologi) maka di akan berusaha memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi
kebutuhannya pada tingkat yang berbeda. Karyawan kontrak ( buruh kasar)
lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan bertahan hidup (fisologis)
sedangkan seorang yangmemiliki keahlian lebih mencari pemuasan dalam pemenuhan kebutuhan perwujuan diri. Seorang yang telah merasa cukup atas upah yang diterima (fisiologi) maka di akan berusaha memuaskan kebutuhan yang lebih tinggi
7.
Teori Proses Bertentangan (Opppoent
process theory)
Teori Proses
Bertentangan dari Landy memandang kepuasan kerja dari perspektif yang berbeda
secara mendasar daripada pendekatan yang lai. Teori ini menekankan bahwa orang
ingin mempertahankan suatu keseimbanganemosional ( emotional equilibrium).
Teori in imengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrim tidak memberikan
kemaslahatan. Kepuasan atau
ketidakpuasan kerja ( dengan emosi yang berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem saraf pusat yang membuat aktif emosi bertentangan atau berlawanan. Dihipoteiskan bahwa emosi yang berlawanan, meskipun lebih dari emosi yang asli, akan terus ada dalam jangka waktu yang lebih lama.
ketidakpuasan kerja ( dengan emosi yang berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem saraf pusat yang membuat aktif emosi bertentangan atau berlawanan. Dihipoteiskan bahwa emosi yang berlawanan, meskipun lebih dari emosi yang asli, akan terus ada dalam jangka waktu yang lebih lama.
Teori ini menyatakan
bahwa jika orang memperoleh ganjaran pada pekerjaan mereka akan merasa senang,
sekaligus ada rasa tidak senang (yang lemah). Setelah beberapa saat rasa senang
akan menurun danada adapat
menurun sedemikian rupa sehingga orang merasa agak sedih sebelum kembali
ke normal. Ini karena emosi tidak senang ( emosi yang berlawanan) bertahan
lebih lama. ( Munandar, 2001)
menurun sedemikian rupa sehingga orang merasa agak sedih sebelum kembali
ke normal. Ini karena emosi tidak senang ( emosi yang berlawanan) bertahan
lebih lama. ( Munandar, 2001)
C.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepuasan Kerja
Aspek yang mempengaruhi kepuasan kerja :
1. Pekerjaan itu sendiri (Work It self)
Setiap pekerjaan
memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidang nya masing-masing.
Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya
dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau
mengurangi kepuasan kerja.
2. Atasan (Supervision)
atasan yang baik
berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap
sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya.
3. Teman sekerja (Workers)
Merupakan faktor yang
berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai
lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.
4. Promosi(Promotion)
Merupakan faktor yang berhubungan dengan
ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.
5. Gaji/Upah(Pay)
Merupakan faktor
pemenuhan kebutuhan hidup pegawai yang dianggap layak atau tidak.
6. Kerja yang secara
mental menantang
Kebanyakan Karyawan menyukai
pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan
keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan
balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan. Karakteristik ini membuat kerja
secara mental menantang. Pekerjaan yang terlalu kurang menantang menciptakan
kebosanan, tetapi terlalu banyak menantang menciptakan frustasi dan perasaan gagal. Pada kondisi
tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalamai kesenangan dan
kepuasan.
7. Ganjaran yang
pantas
Para karyawan menginginkan sistem upah dan
kebijakan promosi yang mereka persepsikan sebagai adil,dan segaris dengan
pengharapan mereka. Pemberian upah yang baik didasarkan pada tuntutan
pekerjaan, tingkat keterampilan individu,
dan standar pengupahan komunitas,
kemungkinan besar akan dihasilkan kepuasan. tidak semua orang mengejar uang.
Banyak orang bersedia
menerima baik uang yang lebih kecil untuk bekerja dalam lokasi yang lebih diinginkan
atau dalam pekerjaan yang kurang menuntut atau mempunyai keleluasaan yang lebih
besar dalam kerja yang mereka lakukan dan jam-jam kerja. Tetapi kunci yang
manakutkan upah dengan kepuasan bukanlah jumlah mutlak yang dibayarkan; yang
lebih penting adalah persepsi keadilan.
Serupa pula karyawan
berusaha mendapatkan kebijakan dan praktik promosi yang lebih banyak, dan
status sosial yang ditingkatkan. Oleh karena itu individu-individu yang
mempersepsikan bahwa keputusan promosi dibuat dalam cara yang adil (fair and
just) kemungkinan besar akan mengalami kepuasan dari pekerjaan mereka.
8.
Kondisi
kerja yang mendukung
Karyawan peduli akan
lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan
mengerjakan tugas.
Studi-studi
memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai keadaan sekitar fisik yang tidak
berbahaya atau merepotkan. Temperatur (suhu), cahaya, kebisingan, dan faktor
lingkungan lain seharusnya tidak esktrem (terlalu banyak atau sedikit).
9.
Rekan
kerja yang mendukung
Orang-orang mendapatkan lebih daripada sekedar
uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan,
kerja juga mengisi kebutuhan akan sosial.
Oleh karena itu bila
mempunyai rekan sekerja yang ramah dan menyenagkan dapat menciptakan kepuasan
kerja yang meningkat. Tetapi Perilaku atasan juga merupakan determinan utama
dari kepuasan.
10. Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya
kongruen (sama dan sebangun) dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya
mendapatkan bahwa mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk
memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka.
Dengan demikian akan
lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan karena
sukses ini, mempunyai kebolehjadian yang lebih besar untuk mencapai kepuasan
yang tinggi dari dalam kerja mereka.
Dalam konteks
meningkatkan kepuasan kerja, maka seorang manajer dituntut untuk memberikan
suasana kerja yang baik dan menyenangkan, adanya jaminan/keselamatan kerja
sehingga karyawan akan merasa terpuaskan.
Secara empirik, ada
hubungan antara kepuasan kerja dengan produktivitas. Kepuasan kerja staff yang
tinggi dapat membuat staff bekerja dengan lebih baik yang pada akhirnya
akan meningkatkan produktivitas.
Kepuasan kerja juga
penting untuk aktualisasi diri. Staff dengan kepuasan kerja tinggi akan
mencapai kematangan psikologis. Staff yang mendapatkan kepuasan kerja yang baik
biasanya mempunyai catatan kehadiran, perputaran kerja dan prestasi kerja yang
baik dibandingkan dengan staff yang tidak mendapatkan kepuasan kerja. Oleh
karena itu kepuasan kerja memiliki arti yang sangat penting untuk memberikan
situasi yang kondusif di lingkungan perusahaan.
D. Hubungan
kepuasan kerja dengan pergantian pegawai, kemangkiran,pencurian, usia, tingkat pekerjaan , ukuran organisai
dan peran manager
a. Pergantian pegawai
Kepuasan kerja yang
lebih tinggi berkaitan dengan rendahnya tingkat pergantian pegawai, yaitu
proporsi pegawai yang meninggalkan organisasi. para pegawai yang lebih puas
kemungkinan besar lebih lama bertahan dengan majikan mereka. Para pegawai yang
puas biasanya menunjukan tingkat pergantian yang tinggi. Mereka lebih cenderung
mencari sesuatu yang lebih hijau ditempat lain dan meninggalkan majikan mereka,
meskipun rekan kerja mereka yang lebih puas tetap tinggal disitu.
b. Kemangkiran
Para pegawai yang
kurang puas cenderung lebih sering mangkir. Kepuasan kerja mungkin tidak sangat
mempengruhi kemangkiran seperti halnya dengan pergantian, karena sebagian
kemangkiran adalah sahih(valid).
Pegawai yang tidak puas
tidak harus merencanakan mangkir, tetapi mereka lebih mudah bereaksi terhadap
kesempatan untuk melakukan itu. Semua kemangkiran yang tidak sahih itu dapat
dikurangi daengan menyediakanberbagai insentif yang mendorong pegawai untuk
masuk kerja.
c. Pencurian
Meskipun banyak sebab
yang mendorong pegawai melakukan perbuatan ini, beberapa pegawai mencuri krena
putus asa atas perlakuan organisasi yang dipandang tidak adil. Menrut pegawai,
tindakan itu dsapat dibenarkan sebagai cara membalasperlakuan tidak sehat yang
mereka terima dari penyelia.
Kerugian langung dari
perbuatan yang dilakukan oleh seorang pegawai diperkiraka mencapai $30 juta
setiap tahun, dan hampir separuh pegawai melakukan tindakan tersebut.
Pengendalian yang lebih ketatdan ancaman hukuman tidak selamanya dapat
menaggulangi masalah ini, karena diarahkan pada gejalanya dan bukan pada sebab
yang mendasar seperti besarnya ketidakpuasan.
d. Usia
Ketika para karyawan
makin bertambah lanjut usianya. Mereka cenderung sedikit lebih puas dengan pekerjaannya.
Ada sejumlah alasan mengenai hal ini, seperti makin rendahnya harapan dan
penyesuaian yang lebih baik dengan situasi kerja karena telah berpengalaman
dengan situasi itu.
Sebaliknya para
karyawan yang lebih muda cenderung kurang puas karena berpengharapn yang lebih
tinggi, kurang penyeseuaian, dan berbagai sebab lain. Memang ada pengecualian,
tetapi kecenderungan ummnya adalah kepuasan kerja semakin lebih besar dengan
seiring bertambahnya usia. Kecenderungan itu berlaku bagi para manajer dan karyawan.
e. Tingkat Pekerjaan
Orang-orang dengan
pekerjaan pada tingkat yang lebih tinggi cenderung merasa lebih puas dengan
pekerjaan mereka. Mereka biasanya memperleh gaji dan kondisi kerja yang lebih
baik, dan pekerjaan yang dilakukan memberi peluang untuk menggunakan kemampuan
mereka sepenuhnya; oleh karena itu mereka memiliki alasan yang baik untuk
merasa lebih puas.
Dengan demikian para
manager dan tenaga ahli biasanya meras lebih puas ketimbang karyawan terampil
yang cenderung lebih puas bila dibandingkan dengan karyawan yang kurang baik
dan kurang terampil.
Pekerjaan lebih
berkaitan erat dengan kepuasan kerja ketimbang dengan usia. Mereka yang ekerja
dengan pekerjaan tingkat tinggimerasa jauh lebih baik dan puas daripada para
karyawan yang tidak terampil.
f. Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi
sering berlawanan dengan kepuasan keja. Istilah ukuran organisasi lebih mengacu
pada ukuran unit operasional, seperti pabrik cabang, ketimbang pada perusahaan
secara menyeluruh atau unit pemerintahan.
Pada
saat organisasi semakin membesar, ada beberaa bukti yang menunjukan bahwa
kepuasan kerja cenderung agak menurun apabila tidak diambil tindakan pebaikan
untuk mengimbangi kecenderungan itu. Tanpa adanya tindakan perbaikan itu,
organisasi besar akan Cenderung kurang untuk memperhatikan aspek manusia dan
mengganggu proses suportif seperti:
1
Komunikasi
2
Koordinasi
3
Partisipasi
Karena pengambilan
keputusan begitu jauh terpencil, para pegawai mulai merasa bahwa mereka merasa
kehilangan kendali atas berbagai peristiwa yang mempengaruhi mereka. Lingkungan
kerja juga kehilangan unsur keakraban pribadi, persahabatan, kerja tim kelompok
kecil yang penting bagi kepuasan banyak orang.
Kecenderungan hubungan ukuran organisasi
dengan kepuasan kerja itu dapat diatasi dengan tindakan perbaikan untuk
mempertahankan daya tanggap yang dimiliki perusahaan ketika masih berukuran
kecil.
Sekalipunn demikian, tidak selalu berati
bahwa perusahaan besar selalu menghadapi masalah kepasan kerja di kalangan para
pegawainya. Masalah ini berkembang apabila perusahaan semakin cerobih dan
kehilangann daya tanggap manusiawinya.
BAB III
PENUTUP
Kepuasan kerja adalah
cara seseorang pekerja merasakan pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan
generalisasi sikap-sikap terhadap pekerjaannya bermacam-macam. Terdapat ratusan
karakteristik pekerjaan yang dipertimbangkan seorang pekerja, namun sekelompok
karakteristik pekerjaan cenderung secara bersama-sama dievaluasi dengan cara
yang sama.
Teori kepuasan kerja
yang terkemuka antara lain adalah teori pertentangan (discrepancy), teori
kadilan, teori dua faktor, teori ERG, Teori Proses Bertentangan (Opppoent
process theory) , Teori Hierarki Kebutuhan dari Abraham Maslow , Teori Proses
Bertentangan (Opppoent process theory) .
Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja antara lain adalah pekerjaan itu sendiri, atasan,
teman sekerja, promosi, gaji, kerja yang secara mental menantang, ganjaran yang
pantas, kondisi kerja yang mendukung, rekan kerja yang mendukung, kesesuaian
kepribadian pekerja dengan pekerjaan dan peran manager.
Hubungan antara
kepuasan kerja dan pelaksanaan kerja adalah rumit dan tidak langsung.
Konsepsi-konseosi permulaan bahwa pekerja yang terpuaskan akan lebih produktif
telah digeser dengan model-model yang lebih rumit yamg merumuskan bahwa
pelksanaan kerja akan memberikan kepuasan di bawah kondisi-kondisi tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses
dari http://www.oppapers.com/essays/Kepuasan-Kerja-Karyawan/182646
Diakses
dari www.wikipedia.com
mulyono, dedy M.A,
P.hd. 2006. strategi meningkatkan kinerja perusahaan. Bandung:Remaja Rosdakarya.
N, wexley Kenneth dkk. 2003. Perilaku
Organisasi dan Pesikologi Personalia. Jakarta: PT Rineka Cipta
P, Robbin Stephen. 2002. Prinsip –
prinsip Perilaku Organisasi ( edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Vavis keith dan W Newstrom. 1985. Perilaku
dalam Organisasi( jilid 1 edisi ketujuh). Jakarta: Erlangga.